BUDAYA, MAKANAN, DAN CIRI KHAS BLITAR
Budaya dan Sejarah Blitar
Selain disebut sebagai Kota Patria, kota ini juga disebut sebagai Kota PETA (Pembela Tanah Air) karena di bawah kepimpinanan Suprijadi, Laskar PETA melakukan perlawanan terhadap Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945 yang menginspirasi timbulnya perlawanan menuju kemerdekaan di daerah lain.
Ikan koi yang populer di Jepang dapat dibudidayakan dengan baik di kota ini sehingga memberikan julukan tambahan sebagai Kota Koi.
Sejarah
Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai daerah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut kemudian mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar.Keberuntungan berpihak pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa Tartar.
Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya, rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat diredam oleh Belanda dengan membuat peraturan baru.-->
Kota Blitar mulai berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906. Pada tahun itu, juga dibentuk beberapa kota lain di Pulau Jawa, antara lain Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Magelang, Samarang, Salatiga, Madioen, Malang, Soerabaja, dan Pasoeroean.
Dengan statusnya sebagai gemeente, selanjutnya di Blitar juga dibentuk Dewan Kotapradja Blitar yang beranggotakan 13 orang dan mendapatkan subsidi sebesar 11.850 gulden dari Pemerintah Hindia-Belanda. Untuk sementara, jabatan burgemeester (wali kota) dirangkap oleh Residen Kediri.
Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota ini disebut sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan dipimpin oleh seorang shi-chō.
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini kemudian diubah lagi menjadi Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya Blitar ditambah menjadi 32,58 km² serta dikembangkan dari satu menjadi tiga kecamatan dengan 20 kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar.[3]
Geografi
Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur, berada di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 156 meter dari permukaan laut, dan bersuhu udara rata-rata cukup sejuk antara 24°-34° C.Kependudukan
Tahun | 1942 | 1957 | 1965 | 1982 | 2003 | 2007 | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 45.000 | 60.000 | 73.142 | 106.500 | 124.767 | 132.106 | ||||||
Sejarah kependudukan Kota Blitar. |
Pemerintahan
Walikota Blitar | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama | Periode | |||||||||||
J.H. Boerstra | 1929-1934 | |||||||||||
C.E. Cohen | 1934-1938 | |||||||||||
Mr. O.J.A. Quartero | 1938-1942 | |||||||||||
Drajat Prawiro Soebroto | 1942-1943 | |||||||||||
Soedrajat | 1943-1944 | |||||||||||
Mochtar Prabu Mangkunegoro | 1944-1945 | |||||||||||
Soerono Harsono | 1945-1947 | |||||||||||
Soenarjo Adiprodjo | 1947-1948 | |||||||||||
Soenarjo | 1948 | |||||||||||
Soetadji | 1949-1950 | |||||||||||
Soepardi | 1950-1953 | |||||||||||
Ismaoen Danoe Soesastro | 1953-1956 | |||||||||||
Soeparngadi | 1956-1960 | |||||||||||
R. Koesmadi | 1960 | |||||||||||
R.M. Prawiro Koesoemo | 1960-1964 | |||||||||||
Fakhihudin | 1964–1968 | |||||||||||
Drs. Soerjadi | 1969-1975 | |||||||||||
Drs. Soekirman | 1975-1980 | |||||||||||
Drs. Haryono Koesoemo | 1980-1985 | |||||||||||
Drs. H. Achmad Boedi Soesetyo | 1985-1990 | |||||||||||
H. Istijono Soenarto, S.H. | 1990-1995-2000 | |||||||||||
Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, M.S. | 2000-2005-2010 | |||||||||||
M. Samanhudi Anwar, S.H., M.M. | 2010-2015 | |||||||||||
Sumber:[3] |
Wilayah administratif
Wilayah administratif pemerintahan Kota Blitar dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Blitar. Saat ini, Kota Blitar terdiri atas tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kepanjenkidul, Sananwetan, dan Sukorejo.Pariwisata
Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah menjadi salah satu tempat berkecamukmya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama besar seperti Adipati Aryo Blitar, Proklamator Bung Karno, Shodancho Suprijadi, dan lain sebagainya menjadi inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang sedang tumbuh ini.Dalam upaya membangun iklim yang kondusif, didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Kota Blitar memilih sektor pariwisata sebagai primadona untuk mengembangkan ekonomi daerah. Beberapa tempat tujuan wisata yang ada di Blitar, dari waktu ke waktu kian dibenahi dan diperkaya guna meningkatkan potensi wisata di Kota Blitar.
Tempat tujuan wisata di Kota Blitar antara lain:
- Makam Bung Karno, tempat dimakamkannya presidan pertama sekaligus proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno. Makam ini terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, sekitar 2 kilometer sebelah utara pusat kota.
- Perpustakaan dan Museum Bung Karno merupakan perpustakaan yang selain berisi segala bentuk memorabilia Bung Karno, juga dikembangkan sebagai pusat studi terpadu. Beberapa koleksi yang ada saat ini adalah lukisan hidup Bung Karno yang dapat berdetak tepat pada bagian jantungnya, uang bergambar Bung Karno yang dapat menggulung sendiri, dan koleksi sumbangan dari Yayasan Idayu.
- Istana Gebang atau lebih dikenal dengan sebutan Ndalem Gebang, merupakan rumah tempat tinggal orang tua Bung Karno. Istana ini bertempat di Jl. Sultan Agung 69. Di rumah ini pada setiap bulan Juni ramai didatangi pengunjung, baik dalam rangka peringatan hari ulang tahun Bung Karno maupun karena adanya kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pemkot Blitar, seperti Grebeg Pancasila.
- Petilasan Arya Blitar merupakan sebuah makam dari Adipati Arya Blitar yang terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo. Makam ini ramai dikunjungi pada bulan Sura (Muharram) dan juga setiap malam Jumat legi.
- Monumen Supriyadi merupakan sebuah monumen untuk mengenang jasanya. Pada tahun 1945, Kota Blitar menjadi pusat pemberontakan tentara PETA yang dipimpin oleh Shodancho Suprijadi melawan tentara Jepang. Monumen ini terletak di depan bekas markas PETA dan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya. Selain itu, juga dibangun sebuah patung setengah dada Suprijadi yang terletak di depan Pendapa Kabupaten Blitar.
- Kebon Rojo, yaitu taman hiburan dan rekreasi keluarga yang berada di belakang kompleks rumah dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk masyarakat umum maupun wisatawan secara cuma-cuma. Di taman tersebut, terdapat beberapa jenis hewan peliharaan, fasilitas bermain anak-anak, tempat bersantai, panggung apresiasi seniman, air mancur, dan juga berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
- Taman Air Sumberudel adalah taman air paling megah se-eks-Karesidenan Kediri. Taman air ini diresmikan kembali oleh Walikota Blitar pada tanggal 10 Oktober 2007 setelah direnovasi selama kurang lebih satu setengah tahun. Fasilitas yang dimilikinya cukup lengkap bila dibandingkan dengan taman-taman air lain di Jawa Timur.
Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan
Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) adalah pusat layanan informasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan, selain sebagai pusat layanan informasi tentang pariwisata. Pembangunan pusat informasi ini adalah bentuk realisasi kebijakan pembangunan sarana-prasarana ekonomi pada umumnya, serta sarana-prasarana perdagangan dan pariwisata pada khususnya. Ini adalah penjabaran dari pembangunan sistem perdagangan barang dan jasa unggulan sebagaimana yang tersurat dalam rumusan visi Kota Blitar.PIPP menjadi media integrasi informasi dan publikasi pariwisata dan potensi daerah secara bersama-sama antara daerah Kota Blitar beserta daerah sekitarnya, seperti Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Nganjuk, serta daerah-daerah lainnya di wilayah administrasi Badan Koordinasi Wilayah I Madiun. PIPP diresmikan pada tanggal 3 Juli 2004 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri bersamaan dengan peresmian beberapa objek lainnya, antara lain Stadion Gelora Supriyadi, Pasar Legi, dan Perpustakaan Persada Bung Karno.
Fasilitas pendukung
- Stadion Gelora Supriyadi merupakan markas dari klub sepak bola PSBI Blitar dan PSBK Blitar.
- Hotel Tugu Sri Lestari terletak di Jl. Merdeka. Hotel ini lebih dikenal dengan sebutan Sri Lestari saja. Hotel bergaya kolonial ini merupakan hotel tertua yang berdiri di pusat Kota Blitar dan merupakan saksi sejarah dari peristiwa pemberontakan PETA yang terjadi pada tanggal 14 Februari 1945.
- Patria Plaza Hotel terletak di Jl. Kartini. Hotel ini diresmikan oleh Walikota Blitar pada tanggal 1 Januari 2005.
- Hotel Puri Perdana terletak di Jl. Anjasmoro. Hotel ini adalah hotel pertama di Kota Blitar yang memberikan fasilitas internet gratis.
Rupa-rupa
- Kota dan Kabupaten Blitar merupakan daerah utama yang dilewati oleh lahar Gunung Kelud apabila meletus.
- Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono; Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono; dan Wakil Ketua KPK, Mochammad Jasin, lahir dan dibesarkan di kota ini. Semuanya merupakan alumni SMP Negeri 1 Blitar dan SMA Negeri 1 Blitar.
- Puteri Indonesia 2007, Putri Raemawasti, lahir dan dibesarkan di kota ini.
- Artis sinetron Anjasmara dan Hengky Kurniawan merupakan putra asli Blitar.
- Produsen pesawat berkebangsaan Belanda-Amerika Serikat, Anthony Fokker, lahir di Blitar.
Enaknya Sambal Pecel Khas Blitar yang Pedas
Selain itu, Blitar juga terkenal dengan sambel pecelnya yang enak dan lezat. Kalau tidak percaya, silahkan saja datang ke Blitar. Di sana Anda akan menemukan banyak sekali pedagang yang menjual makanan satu ini.
Sambal pecel merupakan makanan khas Blitar yang juga dapat dijadikan sebagai oleh-oleh untuk orang yang suka makanan yang pedas. Bahan dan bumbu sambel pecel ini adalah kacang tanah yang digoreng, cabe merah, cabe rawit, bawang putih, yang cukup digoreng sebentar, kencur, daun jeruk, gula jawa atau gula merah, air asam jawa, dan garam.
Berbicara soal rasa, sambal pecel ini sungguh enak dan dapat menggugah selera Anda untuk makan. Apalagi kalau sudah dicampur dengan "Nasi Pecel". Nasi Pecel Blitar terkenal enak karena cita rasa sambalnya yang bertekstur halus dan rasanya yang nikmat.
Kalau Anda berkunjung ke Blitar jangan lupa untuk membeli oleh-oleh Khas Blitar ini. Di jamin deh kalian pasti ketagihan dengan makanan yang satu ini. Makanan ini enak di makan kapan saja dan di mana saja. Mau pagi, siang, sore, maupun malam tidak mengubah cita rasa dan kenikmatannya. Selamat mencoba! (Evita Nurfirdaus/Mar)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar